DaerahNasionalOpini

Universitas Negeri Gorontalo Harus Putuskan Kerja Sama dengan BNI‎

70
×

Universitas Negeri Gorontalo Harus Putuskan Kerja Sama dengan BNI‎

Sebarkan artikel ini
Penulis: Agung Bobihu (Mahasiswa Akuntansi UNG)
Penulis: Agung Bobihu (Mahasiswa Akuntansi UNG)

Penulis: Agung Bobihu (Mahasiswa Akuntansi UNG)

Ketika mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo (UNG) menyuarakan aspirasi rakyat di media Pers, yang mereka terima bukanlah dialog konstruktif, melainkan penghinaan dan pembunuhan karakter. Kepala Cabang BNI Gorontalo memilih jalan arogansi: bahkan melontarkan kalimat merendahkan kapasitas mahasiswa. Ini bukan sekadar sikap pribadi, tetapi tamparan bagi seluruh civitas akademika UNG yang selama ini menjunjung tinggi nilai intelektual, etika, dan demokrasi.

‎Kerja sama antara UNG dan BNI sejatinya dibangun di atas prinsip saling menghargai. Namun, apa artinya kerja sama jika pihak bank justru mempermalukan dan merendahkan mahasiswa UNG di depan pimpinan Fakultas Ekonomi? Universitas sebagai rumah intelektual tidak boleh diam terhadap praktik penghinaan semacam ini. Membiarkan BNI tetap menjadi mitra berarti menggadaikan harga diri institusi akademik dan membiarkan arogansi terus berulang.

‎Mahasiswa adalah agen moral bangsa. Mereka menyuarakan kritik bukan untuk mencari keuntungan pribadi, tetapi untuk menjaga kepentingan masyarakat. Jika suara mereka dianggap ancaman, maka jelas BNI tidak layak menjadi mitra UNG. Sebuah universitas harus berdiri tegak membela mahasiswa, bukan malah membiarkan mereka dilecehkan oleh pihak luar.

‎Maka, demi menjaga martabat kampus dan menegaskan bahwa UNG tidak tunduk pada kultur pembungkaman, sudah saatnya Universitas Negeri Gorontalo memutuskan kerja sama dengan BNI. Ini adalah langkah moral, bukan sekadar administratif. Dengan keputusan itu, UNG harus mengirim pesan jelas: bahwa harga diri mahasiswa jauh lebih berharga dari pada sekadar hubungan bisnis dengan sebuah bank.

‎Jika UNG berani mengambil sikap tegas, maka kampus ini tidak hanya menjaga kehormatan mahasiswanya, tetapi juga meneguhkan jati dirinya sebagai benteng demokrasi, etika, dan intelektualitas di Gorontalo.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *